Kamis, 29 Juli 2010

Leburkan Hati Dengan Menyantuni Anak Yatim




Oleh-oleh dari MaBIT Majlis Al-Kauny IX (Bagian 1)



Diriwayatkan dari Abu Darda’ ra bahwa seorang laki-laki telah datang kepada Rasulullah saw mengadukan hatinya yang keras, maka beliau saw bersabda, “Apakah kamu suka jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah ia makan dari makananmu niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhamu terpenuhi.”
HR. Ath-Thabrani (Lihat Al-Matjar Ar-Rabih oleh Al-Hafizh Ad-Dimyathi No.1509)
Pada tanggal 27-28 Maret lalu, Majlis A-Kauny kembali menggelar Malam Bina Iman dan Takwa atau MaBIT untuk yang kesembilan kalinya. Tema MaBIT kali ini ‘Leburkan Hati Dengan Menyantuni Anak Yatim’, dengan menghadirkan orang-orang istimewa, yang sehari-hari bersentuhan dengan anak yatim, masing-masing Ust. Sjaiful Hamdi Naumin, Ust. Houtman Zainal Arifin, dan Bayu Gawtama.

Tema ini sengaja diangkat guna meningkatkan kepedulian kita kepada para anak yatim yang tak mampu, yang telah kehilangan orangtuanya sejak kecil.

Namun yang tak kalah pentingnya adalah memberikan perhatian kepada mereka yang menjadi yatim sebelum masanya. Yaitu anak-anak yang kurang mendapatkan belaian, perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya karena berbagai sebab.

Kemuliaan Terletak Pada Kedermawanan

Seperti pada MaBIT-MaBIT sebelumnya, setelah shalat magrib diadakan acara tilawah lalu dilanjutkan dengan kajian tafsir dan hadist-hadist yang terkait dengan tema MaBIT. Dalam kajiannya Yusuf mengangkat beberapa ayat dari Surat Al-Fajr, yaitu ayat 15-20.

Allah SWT berfirman, “Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku". Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.”

Kaya dan miskin adalah ujian dari Allah SWT. Siapa yang diberi kekayaan lalu dia memanfaatkannya dengan baik guna mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka itulah orang yang mulia. Dan siapa yang bakhil, enggan berbagi terhadap sesama, maka dialah orang yang hina. Berdasarkan ayat tersebut di atas, kemuliaan dan kehinaan terletak pada sikap kedermawanan dan ketulusan dalam berbagi kepada sesama, khususnya kepada kaum dhuafa.

Berdasarkan ayat di atas pula, terdapat empat faktor yang menyebabkan manusia menjadi hina, yaitu: 1. Tidak memuliakan anak yatim, tidak peduli terhadap orang miskin, 3. mencampur-baurkan harta yang halal dengan yang batil, dan 4. Berlebihan dalam mencintai harta.

Manajemen Pemberdayaan Anak Yatim


Setelah shalat isya dan makan malam, acara MaBIT dilanjutkan dengan menyimak pemaparan Ust. Sjaiful Hamdi Naumin tentang strategi memberdayakan dan memandirkan anak yatim.

Beliau memulai tausiyahnya dengan saran merenungi kembali sejarah perjalanan Rasulullah saw sejak berada dalam kandungan hingga beliau wafat. “Sekarang tanggal berapa Hijriyah?” tanyannya setelah mengungkapkan puji-pujian kepada Allah SWT dan shalawat kepada Rasulullah saw.

Beliau mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad saw adalah sosok anak yatim yang mampu hidup mandiri di bawah pengasuhan kakek kemudian pamannya. “Ayahnya wafat tiga bulan sebelum beliau lahir,” ujarnya.

Setelah lahir, sebagaimana kebiasaan orang Arab, beliau disusui oleh perempuan Arab badui dari Bani Sa’ad, namanya Halimah As-Sa’diyah. Setelah disusui selama dua tahun, Halimah memohon kepada Aminah, ibunda Muhammad Saw, agar Muhammad tetap berada dalam pengasuhannya hingga umur empat tahun. Halimah melakukan itu setelah melihat adanya keistimewaan tersendiri yang dirasakannya saat mengasuh Muhammad yang yatim sebelum lahir. Aminah setuju.

Empat tahun telah berlalu. Muhammad dikembalikan ke ibunya, Aminah di kota Makkah. Ketika berumur enam tahun, Muhammad dibawa oleh ibunya ke Madinah untuk menziarahi kuburan ayahnya, Abdullah bin Abdul Muththalib. Namun, dalam perjalanan kembali dari Madinah, ibunda tercinta dipanggil menghadap Allah SWT. Aminah meninggal dunia di wilayah Abwa, sebuah desa antara Madinah dan Juhfah, sekitar 37 kilo meter dari Kota Madinah. Muhammad pun menjadi yatim piatu: hidup tanpa ayah dan ibu, sebelum memasuki usia baligh.

Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah perjalanan Rasulullah saw, seorang anak yatim piatu yang mampu menaklukkan dunia dan menoreh sejarah terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Beliau kemudian menjelaskan bahwa dilihat dari segi kebutuhan, setiap anak memiliki tiga kebutuhan utama. Pertama, kebutuhan fisik, yang terdiri dari makanan, pakaian dan tempat berteduh. Kedua, kebutuhan fasilitas, yang terdiri dari sarana belajar dan sarana kesehatan.

Ketiga, kebutuhan emosional dan psikologis, yang terdiri dari: a) Perhatian dan kasih sayang (bukan usapan), b) Pengakuan dan pujian (bukan basa basi), c) Kesempatan berekspresi (bukan coba-coba), d) Kesempatan berkompetisi (bukan main2), e) Tantangan dan mengatasi kesulitan, f) Unjuk eksistensi, dan g) Kesempatan berbagi (didengar & mendengar).

“Bagi anak yatim, hanya bisa didapat dari orang-orang khusus dan cara-cara khusus,” ujar Master Trainner yang bercita-cita mentraining satu juta anak yatim (hingga saat ini beliau telah mentraining sedikitnya 150.000 orang yatim).

Beliau menambahkan, yang memberi uang itu banyak, tetapi orang yang dapat memberikan pendampingan secara khusus—dan inilah yang dibutuhkan oleh kebanyakan anak yatim—sangat jarang. “Jangan hanya sekadar KUHP, kasih uang habis perkara,” ujar Ex Komisaris Olympic ini yang juga pernah bergelut di dunia real state.

Dalam Al-Qur’an, lanjut pria pemilik sejumlah Gerai Buku Al-Amin di wilayah Bogor, kata-kata yatim diulangi oleh Allah SWT sebanyak 22 kali (ada pula yang mengatakan 23 kali). Inti pesannya adalah kewajiban memuliakan anak yatim, yaitu dengan berbuat baik, mengurus, mendidik dan melindungi mereka. Melalui ayat-ayat tersebut Allah SWT juga melarang segala bentuk perlakuan zalim terhadap anak yatim. Bahkan, memakan hartanya termasuk dosa besar.

Dalam rangka memberdayakan anak yatim, khususnya yang dari kalangan dhuafa, adalah mendidik mereka menjadi anak yang mandiri dan prestatif dengan memberikan pelatihan dan pendampingan yang berkesinambungan. Khusus untuk anak yatim dari kalangan “berada” adalah dengan membantu mereka mengembangkan hartanya secara baik dan benar sampai anak itu mampu mengelola hartanya sendiri. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menjadi wali atas harta anak yatim, hendaklah hartanya diperkembangkan (diperdagangkan)-nya, jangan sampai harta itu menyusut karena dimakan shadaqah/zakat.” (H.R. Al Baihaqi)

Terkait dengan pemberdayaan anak yatim, beliau juga menguraikan beberapa pandangan keiru terhadap anak yatim, antara lain: 1) Berharap dapat keturunan, 2) Numpang hidup, 3) Exposure, 4) Pamer kemiskinan, 5) Mematikan percaya diri, 6) Over attented, 7) Over protected, 8) Berharap terlalu banyak, dan 9) Membuat jadi penurut.

Dalam mengasuh anak yatim diperlukan ketulusan hati. “Termasuk pandangan yang keliru jika memelihara anak yatim karena berharap mendapatkan keturunan seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang telah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak,” ujarnya.

Setelah Ust. Sjaiful berbicara selamat tidak kurang dari dua jam, dibukalah tanya jawab lalu dilanjutkan dengan “Kalimat Thayyibah” yang sampaikan oleh Ust. Bobby Herwibowo, pendiri dan pembina Majlis Al-Kauny. Kalimat Thayyibah adalah semacam kalimat penutup yang menandai berakhirnya segala kegiatan MaBIT pada malam tersebut, dan akan dilanjutkan esok harinya.

Qiyamullail dan Muhasabah

Qiyamullail (shalat tahajjud) dan Muhasabah (evaluasi) termasuk kegiatan utama MaBIT, dengan tujuan melatih para peserta MaBIT bangun di akhir malam untuk menyambut turunnya Allah SWT ke langit dunia dengan shalat tahajjud dan istighfar serta do’a kepada-Nya.

Seperti MaBIT-MaBIT sebelumnya, shalat tahajjud dipimpin oleh Ust. Zaki Ardi, dan muhasabah oleh Ust. Bobby Herwibowo. Setelah shalat subuh, acara terus berlanjut dengan membaca dzikir-dzikir dan do’a-do’a pagi dan sore, yang sering diamalkan para salafussaleh, yang terangkum dalam buku Dzikir Pagi dan Sore, cetakan Penerbit Kuwais. (my.shandy)***

0 komentar:

Posting Komentar